Museum ini letaknya di Jalan Pintu besar utara, Jakarta. Persis di seberang stasiun Beos Kota. Seperti kebanyakan museum di Jakarta, gaya arsitektur gedung museum ini masih kental bergaya Belanda. Tapi, jika sudah masuk ke dalam, anda akan menemukan nuansa yang berbeda dengan museum di Jakarta pada umumnya.
Sabtu (27/02/10), saya pergi ditemani oleh Dhika Edwina, yup dia pacar saya. Dengan menggunakan bus Transjakarta, kami meluncur ke arah Kota. Sampai di shelter bus Transjakarta depan stasiun Kota, kami menyeberang melalui underpass yang menghubungkan stasiun Kota - Shelter Busway - Museum Bank Mandiri. Kejutan pertama untuk saya, karena baru sekali ini saya ke Kota dan menemukan underpass ini. Sayang, meski tampak baru, tampaknya tempat ini tidak lama lagi akan sama seperti kebanyakan sarana umum lainnya di Jakarta, kotor dan tidak terawat.
Sampai di seberang, kami sampai di depan Museum Bank Mandiri. Mulanya, saya mengira ini adalah Museum yang ingin saya kunjungi. Ternyata saya salah. Karena Museum Bank Indonesia yang saya ingat itu memiliki semacam interactive games with coin. Dan di sini saya tidak menemukannya. Tapi, tak ada salahnya mampir, pikir saya.
Museum Bank Mandiri merupakan kumpulan dokumentasi sejarah bank ini. Baik setelah bernama Bank Mandiri pada tahun 1999, maupun ketika masih berbentuk Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Pembangunan Indonesia, dan Bank Exim. Yang menarik dari museum ini adalah, kami bisa menemukan dokumentasi perjalanan bank ini lengkap dengan perangkat-perangkat antik yang dimiliki sebuah bank dari masa ke masa, seperti alat ketik catatan keuangan, calculator, sampai bentuk purba ATM.
Kalkulator Manual
Here we go, Museum Bank Indonesia
Setelah cukup mengunjungi Museum Bank Mandiri, kami pun bergegas ke sebelah. Setelah memastikan ke satpam Museum Bank Mandiri bahwa museum sebelah adalah Museum BI, kami pun antusias. Begitu masuk, nuansa berbeda tampak. Suasana di dalam cukup menggairahkan! kami menemukan nuansa baru museum di Indonesia. baru kali ini saya terpesona dengan kemasan museum di Indonesia. Koridor pertama, ah! ini dia Interactive coin games! namanya Ruang Peralihan. Lucu sekali, kami diajak untuk mengenal sejarah koin di Indonesia dengan cara yang lebih seru. Menangkap koin yang beterbangan di layar dengan sensor touch, dan jika tertangkap, si koin akan memberitahu nominal koin dan sejarah singkat koin tersebut. Ini baru museum! pikir saya.
Selesai di ruang ini, kami berpindah Ruang Diorama. Hm, seharusnya sih ke ruang dokumentasi video dulu, tapi sayang kali ini tidak ada jadwal pemutaran video. Di Ruang Diorama ini, kami diajak menelusuri sejarah perekonomian Indonesia. Diorama ini disusun dengan sangat indah, berceritakan mulai dari asal muasal para pedagang dunia datang ke Indonesia, sampai pada akhirnya mereka berebut menguasai sumber daya alam yang seharusnya menjadi sumber perekonomian negara kita. Ruangan ini dilengkapi dengan ambience backsound dan touchscreen video.
Ruangan menarik lainnya adalah ruang tempat penyimpanan alat tukar dagang dari berbagai belahan dunia. Baik yang terdapat pada zaman baheula, mulai dari zaman Napoleon sampai alat tukar mata uang yang digunakan sekarang ini. Dulu, seperti kita ketahui alat tukar dagang tersebut masih berbentuk emas murni dengan nilai yang besarnya tergantung gram dan kualitas emas tersebut. Dan kalian bisa lihat beberapa contohnya di sini. Di ruang ini juga tersimpan rapi kumpulan mata uang yang digunakan sekarang di dunia. Desain ruangan dan metode penyimpanan mata uang dunia ini sangat menarik untuk dilihat.
Pecahan Rp 1,-
Overall, museum ini layak, wajib untuk dikunjungi! Kalau ada waktu, sebaiknya anda masukkan museum ini di list perjalanan anda :D
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar